Tidak bisa dipungkiri bahwasannya realitas literasi di Indonesia sangatlah buruk, bahkan penelitian yang dilakukan UNESCO membuktikan bahwasanya indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001, artinya dari 1.000 orang indonesia, hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca yang baik, jadi wajar saja bila perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terasa lebih lambat jika dibandingkan dengan negara lain di Asia.
Miris!! Inilah Kondisi Literasi Indonesia
Lalu apa yang seharusnya kita lakukan ? Sebagai mahasiswa tentu saja kita perlu menjadi pelopor kemajuan bangsa, melalui gerakan literasi skala kecil (Gerakan Literasi Sekolah), diiringi dengan tindakan pemerintah melalui gerakan literasi nasional diharapkan mampu mengubah mindset masyarakat Indonesia. Tentunya bukanlah hal mudah untuk mengubah itu semua, oleh karena itu perlu keterlibatan seluruh kalangan masyarakat di Indonesia, mulai dari aspek terkecil, semisal keluarga, desa, kabupaten/kota sampai ke pemerintah pusat, artinya perlu dilakukan suatu tindakan yang nyata untuk menghadapi hal ini.
Keterlibatan keluarga dalam mengubah pola pikir anak-anak bangsa penting dilakukan, karena keluarga juga salah satu faktor yang paling fundamental dalam membangun kepribadian seorang anak, selain Di Sekolah. Lingkungan keluarga harus mendorong dan membiasakan anak-anak mereka untuk membaca, selain itu gerakan literasi yang dilakukan disekolah pun perlu digencarkan, agar membaca bukan lagi sebagai formalitas belajar, namun menjadi karakteristik anak Indonesia.
Tentunya semua akan menjadi omong kosong bilamana kita hanya menjadi penonton dan cuma bernarasi tanpa eksekusi, artinya dimulai dari diri sendiri, kita harus membenahi diri, kita harus tanamkan dalam diri perihal gerakan literasi, karena saya pun khawatir, bila kita tidak ada yang perduli, apakah Republik ini akan tetap berdiri 25 tahun lagi ?
Kita sebagai kaum intelektual diharapkan mampu untuk memberikan aura yang positif soal literasi, memberikan pandangan kepada masyarakat, tentang pentingnya membaca, dan betapa bahahanya bila budaya membaca dan menulis dikesampingkan, karena bisa jadi Sumber Daya Alam indonesia yang melimpah ini tidak dapat dimanfaatkan dengan baik karena masyarakatnya tidak paham akan ilmu.
Seperti yang sudah dikatakan tadi diatas, bahwasanya untuk mewujudkan itu semua, perlu dukungan masyarakat melalui pendidikan keluarga, serta pendidikan di sekolah, dan tentu saja pemerintah selaku pembuat kebijakan, bila masyarakat di suatu daerah malas membaca padahal akses buku mudah, berarti pola pikir nya yang harus diluruskan, akan tetapi bila masyarakat sulit mengakses buku sebagai sumber pembelajaran, artinya harus ada kita yang bergerak menyalurkan buku-buku ke daerah-daerah yang membutuhkan, sekaligus membangun perpustakaan-perpustakan di setiap kabupaten atau paling tidak Taman Baca Masyarakat (TBM).
Baca Juga:
Konsep Gerakan Literasi Masyarakat
Pengertian, Ciri, Struktur dan Jenis, Beserta Contoh Karangan Eksposisi
Pada pembahasan diatas telah saya paparkan dalam bentuk karangan essai, terkait kondisi literasi di Indonesia serta pengaruhnya terhadap kemajuan Sumber Daya Manusia, dan untuk mempertajam pembahasan, maka dari itu saya akan sedikit memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sering kali dilontarkan oleh masyarakat umum, terkait apa sebenernya literasi itu.
1. Apa yang dimaksud dengan literasi dan bagaimana perkembangan nya di Indonesia?
Berdasarkan dari apa saya pelajari dan pahami, literasi adalah sebuah gerakan ataupun budaya yang menjadi suatu keharusan bahkan dibutuhkan oleh khalayak masyarakat agar dapat menginterpretasikan makna, dari apa yang kita pelajari, lihat dan dengar untuk kemudian diterjemahkan kedalam bentuk kegiatan yang dilakukan sehari-hari.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan perkembangan literasi yang lambat, hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap membaca adalah suatu kegiatan yang membosankan, bahkan dikutip dari survei yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) Pada tahun 2018 menunjukkan bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia berada di peringkat 74 dari 79 negara, tentu hal ini sangat mencemaskan sekaligus memalukan.
Namun meski begitu saat ini memang masih terus digencarkan kegiatan-kegiatan yang berasosiasi dengan literasi salah satunya penggalakan program Taman Bacaan Masyarakat, yang kini sudah tersebar hampir di seluruh pelosok negeri, dan diharapkan dengan adanya TBM ini, diiringi dengan kesadaran masyarakat akan budaya literasi, perkembangan literasi di Indonesia bisa terus terpacu dan lebih lagi kedepannya.
2. Mengapa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah?
Dikutip dari survei yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) Pada tahun 2018 menunjukkan bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia berada di peringkat 74 dari 79 negara. Survei tersebut tentu menjadi tamparan keras bagi kita semua sebagai kaum terpelajar, dan terus masih jadi PR (Pekerjaan Rumah) kita bersama.
Selain itu penelitian tersebut juga diperkuat dengan data yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia pada tahun 2017, yang dimana disitu tertulis bahwa masyarakat Indonesia rata-rata hanya menghabiskan waktu sekitar 30-60 menit saja untuk membaca, miris bukan?
Tentu ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi minat baca masyarakat Indonesia rendah, yang pertama ialah, kurangnya kesadaran akan edukasi ditingkat keluarga, yang dilakukan oleh orang tua, sehingga anak merasa membaca bukanlah suatu kebutuhan. Kedua ialah faktor lingkungan byang tentu sangat mempengaruhi pola pikir anak maupun orangtua, dan faktor Ketiga ialah, adanya suatu pembelajaran dan penanaman pola pikir yang salah disekolah, sehingga para siswa tidak mampu membiasakan diri untuk membaca, faktor terakhir ialah, perkembangan IPTEK yang tak diimbangi dengan kesadaran.
3. Apa yang harus dilakukan untuk mendampingi gerakan literasi di Sekolah, keluarga dan masyarakat?
Hal yang harus dilakukan sebetulnya sangatlah sederhana namun cukup berat, yakni konsistensi dalam memberikan contoh yang baik, diiringi dengan keikhlasan dalam bertindak, hal ini penting mengingat para penggerak literasi bukan hanya bertugas untuk menginspirasi serta mengedukasi akan baiknya literasi, tetapi juga merubah suatu pola pikir, bahkan kebiasaan keliru masyarakat Indonesia yang cenderung telah mengakar menjadi suatu budaya. (Malas)
Itulah beberapa pertanyaan umum terkait literasi, dan tugas kita sekarang adalah memaknai apa yang telah dibahas diatas, ambil positifnya lalu, tanamkan tekad dalam dada, bahwasanya kalian, kamu, anda, kita harus betul-betul menganggap hal ini serius dan mari berkolaborasi dalam memberikan solusi yang konkret serta menebarkan kegiatan positif kepada masyarakat atau paling tidak lingkungan keluarga dengan mengajarkan serta mengedukasi pentingnya membaca, karena bagaimanapun dengan membaca kita akan mengenal dunia, karena buku adalah jendela alam semesta.