Drama Bebasari karya roestam Effendi diterbitkan pada tahun 1926, naskah ini memiliki ide cerita yang luar biasa karena secara implisit menyindir kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh penjajah Belanda, dan naskah ini juga berupaya meyakinkan semangat pemuda untuk tetap teguh terhadap pendirian, meski melewati terjalnya jalan kehidupan.
Gambaran Cerita
Naskah drama bebasari menceritakan tentang seorang maharaja yang tahta nya dirampas oleh seorang raja yang kejam nan licik bernama Rawana, didalam kepemimpinan nya Raja Rawana bersikap semena-mena terhadap rakyat, rakyat menderita dibuatnya. Singkat cerita, ada salah satu ramalan dari salah seorang ahli nudjum, ramalan itu mengatakan bahwa suatu saat anak dari raja takutar yang bernama budjangga akan menjadi jodohnya Puteri Bebasari anak dari Bangsawan Sabari.
Seiring berjalannya waktu, Budjangga sering mendapat mimpi bertemu rupa Puteri Bebasari, ia menceritakan mimpi itu kepada ayahnya, ayahnya lalu menjelaskan, bahwa Puteri Bebasari adalah tunangan Budjangga, dan waktu pun terus berjalan, dan bahkan Budjangga semakin lama rasa ketertarikan nya semakin kuat dan bahkan mulai mencintai Putri Bebasari meski baru berjumpa lewat mimpi. Budjangga bahkan berdebat dengan orang orang disekelilingnya untuk meminta restu atas niatnya tersebut, meski pada awalnya tidak diberi izin namun karena cinta dan keyakinan begitu kuat ia pun akhirnya berangkat, menghadapi segala rintangan dan bertemu dengan Raja Takutar, setelah bertarung sedemikian pelik, akhirnya Budjangga berhasil mengalahkan Raja Takutar serta mengusirnya dari kerjaan. Selain itu ia juga membebaskan Putri Bebasari yang selama ini dikurung, dan menikahinya, serta hidup dengan bahagia.
Dari pemaparan tokoh dan alur dalam drama bebasari tema yang hendak disampaikan ialah mengenai kebebasan. Kebebasan yang diharapkan putri bebasari dari kurungan Rawana dan kebebasan yang diharapkan rakyat yang terkurung dalam kekuasaan rawana yang begitu kejam. Kebebasan itu pun berhasil didapatkan berkat perjuangan bujangga.
Tema
Tema yang diangkat oleh naskah drama bebasari adalah mengenai kebebasan, karena secara garis besar naskah drama bebasari ini menceritakan seorang tokoh utama yakni bujangga, hendak membebaskan bebasari dari kurungan raja yang kejam, bernama Rawana.
Alur
Alur yang digunakan dalam naskah drama bebasari adalah Alur maju atau alur progresif, yang artinya jalan cerita yang disajikan berupa urutan, dimulai dari awal perkenalan menuju tahap penyelesaian secara berurutan atau sistematis. Alur maju menyajikan tahapan cerita sesuai dengan perjalan waktu yaitu berawal dari masa lampau menuju ke masa depan.
Sudut Pandang
Karena hal yang kita kaji adalah sebuah naskah drama maka sudut pandang yang dipakai dalam menggambarkan suasana adalah sudut pandang orang ketiga (serba tahu), karena penulis seolah serba tahu dan bebas menceritakan satu tokoh ke tokoh lainnya.
Tokoh dan Penokohan
(+) Bujangga > Pemberani dan setia > Protagonis(+) Bebasari > Sabar dan setia > Protagonis
(+) Raja Takutar > Penasihat > Tirtagonis (baik)
(+) Rawana > Jahat dan kejam > Antagonis
(+) Sabainaratju > Baik > Tirtagonis (baik)
(+) Alzamanur > Jahat dan kejam > Tirtagonis (jahat)
(+) Lidasmu > Jahat > Tirtagonis (jahat)
(+) Dahsyatia > Jahat dan kejam > Tirtagonis (jahat)
(+) Lela > Jahat dan kejam > Tirtagonis (jahat)
(+) Armasegara > Kejam > Tirtagonis (jahat)
(+) Esaputra > Jahat dan kejam > Tirtagonis (jahat)
Dialog atau Bahasa
Dialog atau bahasa yang digunakan dalam naskah drama bebasari merupakan ejaan bahasa lama yakni, Ejaan Van Ophuijsen yang berlaku di Nusantara (Indonesia), rentang tahun 1901–1947. Ejaan ini diterbitkan pada tahun 1901 dalam Kitab Logat Melayu. Charles Adrian van Ophuijsen adalah tokoh penting dibalik pengembangan ejaan ini, dibantu oleh Muhammad Taib Said Sutan Ibrahim dan Engku Nawawi gelar Sutan Makmur. Ejaan van Ophuijsen ini banyak dipengaruhi oleh ejaan Belanda, sebab pada saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda.
Pesan Tersirat dan Amanat
Ada salah satu pesan ataupun makna tersirat dalam naskah drama bebas hari yang pada masanya dilarang dan dikecam Belanda karena dianggap menyindir pemerintah kolonial. sebetulnya pengarang dalam hal ini rustam Effendi menyuarakan akan kebebasan Indonesia dari tangan penjajah yang sangat kejam, selama ini rakyat dikurung dalam tirani dan kebebasan ataupun kemerdekaan masih menjadi cita-cita yang terus disemogakan. Dan disitu juga harus tahu Effendi mencoba untuk menggelorakan semangat perjuangan melalui salah satu bagian percakapan antara bujangga dan sabainaratju.
Pada halaman 39 di dalam naskah drama bebasari disitu terdapat sebuah dialog yang di mana Bujangga meminta senjata untuk melawan Rawana “cukup senjata beta diberi” Kata pujangga. “Perteguh yakin di dalam dada” sabainaratju menjawab namun tidak memberi senjata tetapi keyakinan. Dalam hal ini sepertinya penulis memberikan sebuah pesan tyang bermakna, untuk meyakinkan hati nurani, untuk menggelorakan semangat persatuan, bahwa yang bisa membebaskan tanah Nusantara atau Indonesia adalah kita (rakyatnya) sendiri, diringi dengan persatuan tentunya.
Amanat yang terkandung dalam naskah drama bebasari sebetulnya ntidak terlepas dari tema yang diangkat oleh sang penulis, diantaranya adalah:
1) Tetap teguh pendirian, meski banyak cobaan dan rintangan menghadang pada proses perjalanan menuju tujuan yang hendak dicapai, namun berkat keyakinan yang teguh dan usaha yang paripurna, semua yang tadinya masih menjadi harapan dan impian dapat hadir kedalam kenyataan (kehidupan nyata).
2) Meski sulit untuk meyakinkan orang orang yang pikirannya terlanjur mengalami distorsi akibat kekuasaan, namun tak ada yang bisa meruntuhkan tekad yang terlanjur bulat.
3) Menyuarakan kebebasan tidak melulu harus menggunakan cara yang arogan, akan tetapi juga bisa melalui pesan pesan yang mencerahkan, dengan kandungan makna dalam, dan tidak terang-terangan, namun dapat dipahami maksud dan tujuannya.