Pada kesempatan kali ini saya akan bagikan beberapa soal fonologi, yang pada saat itu saya kerjakan pada momen UTS semester 2 mata kuliah fonologi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Soal ini dibuat oleh Ade Anggraini Kartika Devi, M.Pd. Berikut soal beserta jawaban dan juga sumber rujukannya.
1. Dalam fonologi, terdapat konsep fon dan fonem. Jelaskan perbedaan fonem dan fon. Buktikan dengan menggunakan pasangan minimal!
(+) Konsep Fon atau yang biasa kita sebut sebagai Fonetik merupakan salah satu kajian ilmu bahasa,yang menjadikan bahasa hanya sebagai media dalam berkomunikasi saja.
(+) Berbeda dengan Fon atau Fonetik, konsep fonem menjadikan bahasa sebagai bagian daripada sistem bahasa, artinya ada aturan yang berlaku disana dan berfungsi untuk membedakan makna.
(+) Contoh Pasangan Minimal pada fonem, yang dimana beda 1 huruf saja pada sebuah kata, akan membedakan makna
/p/ /a/ /d/ /a/ dengan /p/ /a/ /d/ /u/
/a /g/ /a/ /r/ dengan /a/ /g/ /a/ /k/
/s/ /u/ /k/ /a/ dengan /d/ /u/ /k/ /a/
/b/ /i/ /a/ /r/ dengan /b/ /i/ /a/ /k/
Daftar Rujukan :
Muslich, Masnur. (2012). Fonologi Bahasa. Jakarta : Bumi Aksara
2. Apakah struktur anatomi saluran suara primata mendukung kemampuannya untuk berbicara seperti manusia? Mengapakah primata tidak dapat berbicara sebagaimana halnya manusia? Lengkapi jawaban Saudara dengan jurnal hasil penelitian terkait!
Struktur anatomi suara primata memang memiliki konsep saluran vokal serta laring yang hampir mirip dengan manusia, namun jika ditanya apakah primata dapat berbicara seperti layaknya manusia, tentu jawabannya tidak, karena primata tidak memiliki mekanisme otak dalam mengatur organ yang memproduksi vokal, jadi bisa dibilang primata hanya mampu menghasilkan vokal yang sangat terbatas.
Jikalaupun ada primata ataupun hewan lainnya yang bisa berbicara layaknya manusia, sebenarnya mereka hanya mampu meniru saja, dan mengingat dalam jangka waktu tertentu.
Bahkan penelitian yang dilakukan oleh tokoh nativisme, dalam hal ini adalah Chomsky, beliau mengungkapkan bahwasannya bahasa adalah hanya milik manusia, dan ia yakin bahwa didalam otak manusia, ada yang dinamakan LAD yang artinya Language Acquisition Device.
Daftar Rujukan :
Fitch, Tecumseh. Bart de Boer. Neil Mathur. Asif A. Ghazanfar. (2016). Monkey vocal tracts are speech-ready. Amerika : Science advances.
Nur, Rohmani Indah. (2011). Gangguan Berbahasa. Malang : UIN Press.
3. Jelaskan proses produksi bunyi bahasa!
(+) Manusia dalam proses produksi atau pembentukan bunyi suara melibatkan 3 faktor utama, yakni, sumber tenaga (pernapasan), alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran.
(+) Pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaga, lalu udara tersebut dihembuskan dan mengalami perubahan pada saat melewati pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan, sehingga menghasilkan corak bunyi bahasa tertentu, dan menghasilkan bunyi yang berbeda-beda.
Daftar Rujukan :
Chaer, Abdul. (2002). Psikolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Rosmini, Novi, dkk. (2006). Kebahasaan (Fonologi, Morfologi dan Semantik). Bandung: UPI Press.
4. Bagaimanakah produksi bunyi [r]? Mengapakah ada seseorang yang tidak mampu melafalkan [r] dengan tepat? Bagaimanakah upaya untuk mengatasinya?
(+) Kita dapat memproduksi bunyi R dengan cara meletakan serta menggetarkan ujung lidang ke langit-langit keras, dengan hanya sedikit membuka bibir
(+) Memang semestinya pada rentang usia pra-sekolah anak yang berusia 3-5 tahun sudah harus bisa melafalkan huruf konsonan, karena pada usia tersebut, otot-otot lidahnya sudah mulai matang.
(+) Adapun bila ada seseorang yang tidak mampu mengucapkan salah satu huruf dengan tepat, sebut saja hurur ‘r’ bisa dibilang ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab akan hal tersebut, seperti halnya kurang matangnya kordinasi bibir dengan lidah, kelainan fisiologis, seperti ganguan pada pendengaran dan otak serta faktor lingkungan.
(+) Lalu apakah orang yang cadel ‘R’ bisa sembuh dan dapat kembalu melafalkannya dengan tepat. Tentunya bisa, namun diperlukan suatu konsistensi dalam latihan pengucapan huruf tersebut agar lidah terbiasa, ataupun juga bisa melakukan terapi.
Daftar Rujukan :
Hanum, Cici Elida. (2019). Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel. Medan: Universitas Negeri Medan
5. Amatilah bunyi-bunyi yang Saudara anggap sama ataupun berbeda! Misalnya, bunyi [o] dan [Ͻ]. Selanjutnya, selidiki dan jelaskan bunyi-bunyi tersebut dengan menggunakan pasangan minimal!
(+) Dalam kajian fonetik, kita tau bahwasannya ada beberapa huruf yang memiliki bunyi atau pelafalan yang berbeda, biasanya pun hal tersebut bisa saja berpengaruh pada perubahan makna atau mungkin hanya sebatasa perbedaan dalam berdialek.
(+) Semisal pada kata beda dan bedah, sekilas dalam tulisan hampir mirip dan sama-sama menggunakan huruf [e], namun ketika kita lihat dalam konteks keseluruhan kata, huruf [e] pada kata ini dilafalkan dalam bunyi yang berbeda.
(+) Pada hakikatnya memang setiap bahasa yang ada di dunia, memiliki sistem bunyinya masing-masing dalam mengidentifikasi baik huruf vokal maupun huruf konsonan.
(+) Dan Berikut adalah contoh kata dengan huruf yang hampir sama, namun beda ketika dilafalkan
/m/ /e/ /r/ /e/ /k/ /a/ dengan /m/ / ἐ / /r/ /e/ /k/ /a/ /h/
(+) Sebetulnya perbedaan-perbedaan tersebut masih sangat banyak, namun beberapa contoh lainnya hanya berdasarkan faktor dialeg bahasa suatu daerah yang sering beda pengucapannya, misal saja saat orang Medan berbicara Bahasa Indonesia namun logat/dialeg bataknya masih terbawa, maka kata-kata apapun yang menggunakan huruf atau bunyi /e/ maka bisa jadi justru dilafalkan dalam bunyi lain / ἐ /
Daftar Rujukan :
Krisanjaya, Achmad. (2019). Hakikat Fonologi. Tanggerang : Universitas Terbuka
Demikian pembahasan soal kali ini, semoga bisa bermanfaat dan mempermudah kalian dalam memahami materi Fonologi Bahasa Indonesia. Bila ada hal yang kurang jelas, mari diskusikan bersama melalui kolom komentar, atau juga bisa menghubungi admin dengan mengakses halaman kontak