Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema (nomina) "tanda‟ atau "lambang‟, yang verbanya semaino "menandai‟ atau "melambangkan‟.
Jadi, semantik adalah salah satu bidang linguistik yang mempelajari makna, asal-usul, pemakaian, perubahan, dan perkembangannya.
Menurut Saussure, tanda linguistik teridri dari komponen penanda yang berwujud bunyi dan komponen petanda yang berwujud konsep atau makna (Chaer, 2002).
Menurut Kridalaksana (1993:193) semantik merupakan (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
Adapun menurut Palmer (1981:1) menyatakan semantik merupakan istilah teknis yang mengacu pada telaah makna; sementara makna menjadi bagian dari bahasa, semantik menjadi bagian linguistik.
Semantik adalah ilmu tentang makna, untuk memahami bahasa pengaji semantik harus memahami dua lapis dalam bahasa, yaitu lapis bentuk dan makna.
Lapis bentuk adalah lambang bahasa berupa kata atau kalimat.
Lapis makna adalah referensi atau konsep-konsep yang berada dalam pikiran manusia untuk memahami lambang tersebut.
lapis ini mencerminkan bahan dalam kajian semantik. Lapis bentuk adalah lambang atau simbol dalam bahasa dan makna adalah referensi atau reference dan pikiran atau thougt dalam bentuk yang disebutkan.
Dalam kamus linguistik, makna dijabarkan menjadi maksud pembicaraan, pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia, dan hubungan dalam artian kesepakatan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya (Kridalaksana, 2008).
Aminuddin (1988:15) mengatakan semantik berasal dari bahasa Yunani yang mengandung makna to signify atau memaknai.
Kemudian, Chaer (2009:2) mengemukakan bahwa semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Semantik berarti telaah makna.
Semantik berpengaruh terhadap manusia dan masyarakat. Semantik tidak hanya memlajari makna bahasa, melainkan juga hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.
Hubungan Semantik dengan Kajian Ilmu Lain
Hubungan Semantik dengan Pragmatik
Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna dalam konteks penggunaannya. Makna dalam kajian pragmatik merupakan suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi atau tiga arah, yaitu bentuk, makna, dan konteks. makna dalam pragmatik diberi sefinisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa.
Pada pragmatik, penggunaan bahasa memerankan fungsi sebagai alat komunikasi. Dalam kajian pragmatik, makna kata, frasa, dan kalimat dipahami maksud dari ketiga hal tersebut. Kemudian, untuk memahami maksud dari tuturan perlu dipahami konsep dari konteksnya.
Konsep konteks diungkap pertama oleh Hymes dengan akronim "Speaking" (Chaer & Agustina, 2010). Konteks dalam konsep "Speaking" meliputi waktu dan tempat, pihak yang terlibat tuturan, maksud dan tujuan tuturan, cara atau nada bertutur, alat atau media yang digunakan dalam tuturan, aturan dan norma tuturan dan jenis kalimat atau wacana yang digunakan.
Konteks "Speaking" tersebut merupakan dasar dalam memahami makna dalam sebuah kalimat (kalimat lazimnya disebut tuturan). Konteks tersebut akan menjadi dasar atau pembeda dalam mengaji semantik.
Semantik dan pragmatik saling berkaitan, karena pragmatik berhubungan dengan penutur dan makna, sedangkan semantik hanya sebagai properti ucapan di dalam bahasa, terlepas dari situasi penutur atau pendengarnya.
Makna dalam kajian semantik adlah makna linguistik, sedangkan kajian pragmatik adlaah maksud penutur (Verhaar, 1981).
Perbedaan kajian makna semantik dan pragmatik
(1) Pragmatik mengaji makan di luar jangkauan semantik. Contoh: Di sebuah ruang kelas, Intan duduk di deretan kursi belakang. Lalu, ia berkata kepada gurunya, “Bu, maaf saya mau ke belakang.” Secara semantik, kata yang digarisbawahi "belakang‟ dapat dikaji yang artinya Intang hendak ke belakang.
Tetapi, jika lihat konteksnya, Intan sudah duduk paling belakang. Tentu saja kata"belakang‟ tidak diartikan secara semantik. Lalu, jika dikaji dengan pragmatik, dilihat dari konteksnya, maka makna kata "belakang‟ dalam kalimat di atas, yaitu minta izin untuk pergi ke toilet atau temoat lainnya.
(2) Sifat kajian dalam semantik adalah diadic relation (hubungan dua arah), hanya melibatkan bentuk dan makna. Sifat kajian dalam pragmatik adalah triadic relation (hubungan tiga arah), yaitu melibatkan bentuk, makna, dan konteks.
Contoh: pada kata "belakang" pada contoh sebelumnya, pada kajian semantik berarti arah, sedangkan secara pragmatik, dilihat dari konteks penggunaannya, yaitu di kelas yang artinya kata kamar mandi.
Kata "belakang" dipilih untuk menggantikan kamar mandi, karena di masyarakat Indonesia, kamar mandi dianggap simbol yang digunakan untuk kegiatan rahasia khususnya buang air besar, agar sopan, maka memakai penggunaan kata lain.
(3) Semantik merupakan bidang yang bersifat bebas konteks (independent context), sedangkan pragmatik bersifat terikat dengan konteks (dependent context).
Contoh: kata "belakang‟ pada kajian semantik tidak memperhatikan konteksnya, hanya mengkaji maknanya saja.
Pada kajian Pragmatik, kata "belakang‟ dilihat dari segi konteks siapa yang berbicara, di mana, kepada siapa, tujuannya apa, sehingga dalam berkomunikasi pembicara dapat dimengerti maknanya. Dan masih adalagi beberapa perbedaannya.
Hubungan Semantik dengan Semiotik
Semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Semiotik disebut juga semiologi dan semiotika.
Kata tanda bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Semiotik hampir sama dengan semantik, tetapi tanda dalam semiotik memelajari tanda yang bersifat alamiah, sedangkan semantik memelajari lambang bahasa.
Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (Zoest, 1993). Kajian semiotik, yatiu semua tanda yang ada dalam kehidupan manusia.
Semiotika merupakan teori tentang sistem tanda. Nama lain dari semiotika merupakan semiologi (semiology) yaitu berasal dari bahasa Yunani semeion yang bermakna tanda, mirip dengan istilah semiotika. (Lyon 1977:100).
Semiologi dan semiotika keduanya membahas mengenai tanda. Tanda bermacam-macam asalnya, antara lain tanda berasal dari manusia yang berwujud lambang dan isyarat, tanda yang berasal dari hewan dan tanda yang dibuat oleh manusia.
Jadi lambang yang dihasilkan oleh manusia merupakan pembahasan dalam bidang semantik, yakni menelaah makna lambang. Lambang dapat diartikan sebagai tanda, dengan demikian tanda merupakan objek pembahasan dari semiotika. Semiotika dapat dikelompokkan menjadi:
- Semiotika Analitik (Parret, 1981:1) yaitu semiotika menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan bahwa semiotika berobjekan tanda dan menganalisis menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna yaitu sesuatu yang terkandung dalam lambang yang mengacu pada objek tertentu.
- Semiotika Deskriptif yaitu semiotika yang memperlihatkan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang. Meskipun ada tanda sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
- Semiotika Faunal (Hawkes 1977:124) yakni semiotika yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
- Semiotika Cultural (Ikegami 1985, Lamb 1984, Kelkar 1984) yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.
- Semiotika Naratif (Greimas, 1987:84-105) yakni semiotika yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan.
- Semiotika Natural yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
- Semiotika Normatif (Parret, 1983:1) yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
- Semiotika Social (Halliday 1978, Ventola 1984) yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan manusia yang berwujud lambang, baik lambang dalam bentuk kata maupun kalimat.
- Semiotika Structural (Parnet 1983:1) yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Dapat dilihat hubungan antara semantik dengan semiotika, terlebih apabila dipaahami bahasa sebagai semiotika social (Halliday 1978). Selain itu, jika bahasa dianggap sebagai sistem tanda seperti yang dikemukakan oleh Saussure.
Perbedaan istilah semantik dan semiotik terletak pada unsur bahasa yang disebut kata yang biasa disebut lambang (symbol). Sedangkan, dalam semiotik biasa disebut tanda (sign).
Pada semantik lambang adalah tanda, sedangkan pada semiotik lambang disebut sebagai tanda.
Contoh ilustrasi kajian semantik, yaitu sebuah ambulans di jalan raya yang membunyikan sirine dengan lampu merah berputar-putar, dapat menandakan ada orang sakit darurat yang dilarikan ke rumah sakit atau bisa bermakna membawa atau mengantar orang meninggal.
Setiap makna dari tanda tersebut dapat berkembang sesuai dengan kesepakatan tanda di masyarakat.
Kajian semiotik yang bersifat alamiah, seperti langit yang mendung ditafsirkan akan turun hujan, lalu orang yang akan keluar rumah membawa payung. Jadi, semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda dari tanda tersebut.
Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Kriyantini, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kajian makna dalam semantik dan semiotic. makna dalam semantik berdasarkan lambang bahasa berupa bunyi bahasa.
Sedangkan, makna dalam semiotic berdasarkan tanda yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat. Persamaan kedua ilmu tersebut, yaitu sama-sama ilmu tentang makna.
Demikian Pembahasan Menganai Semantik serta Hubungannya dengan Cabang Ilmu Lain. Semoga bisa menambah wawasan anda dan dapat dijadikan sebuah rujukan. Bila ada hal yang kurang jelas ataupun banyak pertanyaan yang muncul dikepala, mari diskusikan bersama melalui kolom komentar.
Makalah ini disusun oleh Tri Wibowo.