Munculnya pendidikan karakter dilatarbelakangi oleh semakin terkikisnya karakter peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, sekaligus menjadi upaya pembangunan manusia Indonesia yang berakhlak budi pekerti yang mulia.
Dalam implementasinya, pendidikan karakter semestinya tidak berdiri sendiri melainkan, berintegrasi dengan kurikulum serta juga materi ajar sehingga secara tidak langsung akan membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada para siswa berdasarkan nilai moral yang luhur serta pembiasaan yang sesuai dengan karakter kebangsaan.
Ilustrasi: CDC (Unsplash) |
Pengertian Pendidikan Karakter
Kata pendidikan berasal dari bahasa latin yakni "pedagogi" yang berasal dari akar kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing. Jadi, istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak."
Sementara kata karakter berasal dari bahasa Yunani “to mark" yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development."
Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan, Hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak adapun berkarakter adalah Berkepribadian, berperilaku, bersifat, bermartabat, dan berwatak.
Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli
T. Ramli (2003) mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.
Elkind (2004) menyebutkan bahwa karakter ialah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didi. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal tersebut mencakup bagaimana perilaku guru, cara berbicara guru ataucara guru menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Suyanyo (2009) menegaskan bahwa pendidikan sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bkerja sama, bai dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.
Kertajaya (2010) menuturkan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu objek atau individu. Katakteristik ang asli dan berakar pada kepribadian atau individu benda, serta “mesin” yang mendorong bagaimanabertindak, berperilaku, dan menanggapi sesuatu.
John W. Santrock memberikan pengertian bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberi kan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang yang dilarang.
Thomas Lickona mengemukakan bahwa pendidikan karakter itu merupakan sebuah usaha yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk membantu seseorang sehingga seseorang tersebut dapat memahami, memperhatikan, serta melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Prinsip Pendidikan Karakter
Berikut ini merupakan 11 prinsip pendidikan karakter:
- Komunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik.
- Sekolah berusaha mendefinisikan “karakter” secara komprehensif, di dalamnya mencakup berpikir (thinking), merasa (feeling), dan melakukan (doing).
- Sekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif, dan proaktif dalam pengembangan karakter.
- Sekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi.(caring)
- Sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral (moral action).
- Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh peserta didik,
- Mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih berbagai kesuksesan.
- Sekolah mendorong siswa untuk memiliki motivasi diri yang kuat
- Staf sekolah ( kepala sekolah, guru dan TU) adalah sebuah komunitas belajar etis yang senantiasa berbagi tanggung jawab dan mematuhi nilai-nilai inti yang telah disepakati. Mereka menjadi sosok teladan bagi para siswa.
- Sekolah mendorong kepemimpinan bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan pendidikan karakter dalam jangka panjang.
- Sekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.
Tujuan Pendidikan Karakter
Sebelum menyimak tujuan dari pendidikan karakter, kita perlu melihat pandangan yang diberikan oleh Mark dan Terence sebagai berikut:
Morality is directed and constructed to perform a large range of independent functions to prohibit destruction and harm, to promote harmony and stability, to develop what is best in us. It promotes she social and economic conditions that sustain mutually benefical trust and cooperation, articulates ideals and excel lence, sets priorities among the activities that constitute our lives.
Artinya adalah:
“Moralitas diarahkan dan dibangun untuk melakukan berbagai macam fungsi independen untuk melarang perusakan dan membahayakan untuk mempromosikan harmoni dan stabilitas, untuk mengembangkan apa yang terbaik dalam diri kita. Hal ini mendorong kondisi sosial dan ekonomi yang menopang kepercayaan yang saling menguntungkan dan kerjasama, mengartikulasikan cita-cita dan unggul, menetapkan prioritas diantara kegiatan yang menerapkan hidup kita”.
Konsep awal pendidikan karakter pada dasarnya seperti tujuan luhur pendidikan yakni memanusiakan manusia, membangun dan membentuk insan kamil atau manusia yang seutuhnya.
Sehingga pendidikan karakter diharapkan dapat menghasilkan manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya dengan kemampuan yang dimilikinya serta dapat mengubah dan membentuk hidup manusia secara mandiri, cerdas dan berkarakter seutuhnya.
Selain itu pendidikan karakter akan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fungsi Pendidikan Karakter
Secara umum fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter seorang peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, bertoleran, tangguh, dan berperilaku baik. Adapun beberapa fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut;
- Untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik.
- Untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur.
- Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam hubungan internasional.(Meilisa Pitriasasmita, 2019)
Pentingnya Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sangat baik diterapkan, terutama bagi seorang siswa. Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang siswa akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan seorang siswa dalam menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Selain itu, pendidikan karakter adalah kunci keberhasilan individu.
Sejalan dengan itu Lickona (2013) mengatakan bahwa setidaknya ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter harus diberikan kepada warga Negara sejak dini, yaitu:
- Merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya.
- Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik.
- Sebagian anak tidak bisa membentuk karaker yang kuat untuk dirinya sendiri di tempat lain.
- Dapat membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat hidup di dalam masyarakat yang majemuk.
- Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral sosial, seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain
- Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk ke dunia kerja/ usaha.
- Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban.